TIMES JAKARTA, JAKARTA – Sebuah penelitian nasional yang dilakukan oleh Cerdaskan Indonesia Research Center (CIRC) bersama Patriot Pelajar Mahasiswa (PPM) membuktikan bahwa program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH) bukan sekadar jargon pendidikan karakter, melainkan gerakan yang memberi dampak nyata bagi kehidupan murid dan keluarga Indonesia.
Penelitian yang melibatkan 3.306 responden terdiri dari 2.509 murid SMP–SMA/SMK sederajat, 797 orang tua, serta 122 pimpinan OSIS dari seluruh Indonesia menunjukkan hasil mencengangkan: 98 persen murid dan 99 persen orang tua menilai program ini efektif membentuk karakter positif, kedisiplinan, dan keseimbangan hidup anak.
Sebagian besar murid juga melaporkan perubahan perilaku signifikan. 96 persen merasa lebih disiplin, 93 persen lebih jarang terlambat ke sekolah dan lebih jarang sakit, sementara 98 persen berharap program ini diperluas ke seluruh sekolah di Indonesia.
“Gerakan ini hidup di sekolah-sekolah. Murid tidak sekadar menjalankan rutinitas, tapi menghidupi nilai-nilai kebajikan dari dalam dirinya,” ujar Rizal Maula, Koordinator Patriot Pelajar Mahasiswa (PPM), kepada wartawan, Kamis (13/11/2025).
Tumbuhkan 7 Kebiasaan Baik Sejak Dini
Program 7 KAIH dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai gerakan pendidikan karakter yang berakar pada tujuh kebiasaan sederhana namun berdampak besar: Bangun pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan sehat, Gemar belajar, Bermasyarakat, dan Tidur cepat.
Berdasarkan hasil riset, 94 persen murid mengaku senang dan termotivasi menjalankan 7 KAIH, dan 92 persen mengatakan hubungan mereka dengan orang tua menjadi lebih harmonis.
Kebiasaan bangun pagi, misalnya, terbukti memberi pengaruh besar pada semangat belajar 93 persen murid kini bangun sebelum matahari terbit dan 95 persen merasa lebih berenergi di sekolah. Sementara 96 persen melaksanakan ibadah rutin yang memperkuat nilai kejujuran dan tanggung jawab.
Kebiasaan berolahraga juga tumbuh: 89 persen murid bergerak aktif setiap hari, 87 persen menjaga pola makan seimbang, dan 91 persen menyebut sekolah kini lebih sering memberikan edukasi gizi.
Kebiasaan belajar mandiri di luar jam sekolah meningkat signifikan 85 persen murid menyediakan waktu belajar tambahan, dan 96 persen menilai hal itu meningkatkan kepercayaan diri serta prestasi akademik. Meski demikian, hanya 69 persen yang sudah tidur sebelum pukul 21.00, menandakan perlunya pendampingan untuk mengelola waktu secara lebih seimbang.
Tak kalah penting, dukungan keluarga menjadi faktor kunci dalam keberhasilan 7 KAIH. Hasil survei menunjukkan 99 persen orang tua mendukung kelanjutan program, dan 97 persen melihat hubungan dengan anak semakin harmonis.
Lebih dari 94 persen orang tua menyatakan anak lebih jarang sakit dan lebih teratur menjalani aktivitas, tetapi 45 persen mengaku kesulitan menjaga konsistensi kebiasaan karena padatnya aktivitas dan pengaruh gadget.
“Keteladanan keluarga dan dukungan sekolah adalah dua pilar utama keberhasilan 7 KAIH,” ungkap Vela Retna Widyastuti, Peneliti Utama CIRC. Ia menekankan pentingnya kolaborasi rumah dan sekolah sebagai basis pendidikan karakter.
Penelitian juga mengungkap peran strategis organisasi siswa dalam memperluas dampak program ini. Dari 122 pimpinan OSIS di 34 provinsi, 93 persen menilai 7 KAIH memperkuat etos kerja, disiplin, dan gotong royong di lingkungan sekolah.
Bangun pagi dan datang tepat waktu meningkatkan keteraturan sekolah (56 persen), ibadah rutin memperkuat rasa hormat dan tanggung jawab (85 persen), sedangkan kegiatan sosial dan gotong royong meningkat hingga 91 persen partisipasi murid.
Budaya positif di sekolah seperti kedisiplinan, kebersihan, dan sopan santun juga meningkat 63 persen. Beberapa pimpinan OSIS bahkan mengusulkan “kebiasaan ke-8” seperti peduli sesama, menjaga kebersihan, dan bijak bermedia digital.
Bagi mereka, 7 KAIH telah berkembang menjadi gerakan moral dan sosial. “Kalau ingin jadi generasi hebat, mulai dari kebiasaan kecil setiap hari,” ujar Sera Siti Zahra, Ketua OSIS SMAN 5 Tanatoraja.
Sementara Moch Rizky Ramadhan dari SMKN 3 Buduran menambahkan, “Kedisiplinan bukan paksaan, tapi cermin cinta pada diri sendiri dan bangsa.”
Sebanyak 96 persen pimpinan OSIS menilai 7 KAIH relevan dengan tantangan generasi masa kini, terutama dalam menghadapi derasnya arus digitalisasi dan menurunnya interaksi sosial tatap muka.
Program ini dianggap sebagai “penyeimbang kehidupan”: menumbuhkan rutinitas sehat, empati sosial, dan karakter spiritual di tengah tekanan akademik serta paparan media digital.
Banyak sekolah kemudian mengembangkan kebiasaan tambahan seperti literasi pagi sebelum pelajaran, senam bersama, hingga aksi sosial OSIS untuk memperkuat budaya sekolah berkarakter.
Rekomendasi Hasil Penelitian
CIRC dan PPM merumuskan lima rekomendasi strategis untuk memperkuat keberlanjutan gerakan 7 KAIH:
1. Pendampingan berkelanjutan oleh guru, orang tua, dan OSIS untuk menjaga konsistensi kebiasaan.
2. Kolaborasi tiga pilar antara sekolah, orang tua, dan OSIS melalui forum komunikasi rutin.
3. Integrasi nilai 7 KAIH ke kurikulum dan budaya sekolah.
4. Adaptasi kebiasaan ke-8 seperti “detoks digital harian” agar relevan dengan dunia modern.
5. Dukungan kebijakan nasional dan insentif bagi sekolah pelaksana terbaik.
Dengan jangkauan responden yang mencakup seluruh wilayah Indonesia Sumatera (26%), Jawa (52%), Kalimantan (6%), Sulawesi (9%), Bali–Nusa (5%), dan Maluku–Papua (2%) riset ini memberi gambaran menyeluruh tentang perubahan perilaku murid Indonesia.
“Dari kebiasaan kecil, lahir generasi hebat,” menjadi semboyan yang kini bukan hanya slogan, melainkan refleksi hasil nyata dari gerakan nasional pendidikan karakter yang berakar pada disiplin, keteladanan, dan kolaborasi. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Hasil Penelitian, 98 Persen 7 KAIH Efektif Membentuk Karakter Positif Anak
| Pewarta | : Hainor Rahman |
| Editor | : Hainorrahman |