https://jakarta.times.co.id/
Opini

Meneladani Rasulullah dalam Pengabdian di Parlemen

Jumat, 05 September 2025 - 16:41
Meneladani Rasulullah dalam Pengabdian di Parlemen H. Lalu Hadrian Irfani, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Fraksi PKB.

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal 1447 H bertepatan dengan 5 September 2025 hadir di tengah dinamika bangsa yang penuh tantangan. 

Perayaan kali ini seyogianya tidak sekadar dimaknai sebagai ritual keagamaan, melainkan sebagai momentum untuk menimbang ulang arah kepemimpinan dan pengabdian umat, terutama mereka yang mengemban amanah publik.

Maulid Nabi menjadi pengingat penting untuk menundukkan kepala, menata hati, dan melakukan refleksi diri. Terlebih bagi para wakil rakyat, amanah yang diemban bukan sekadar jabatan, melainkan kehormatan besar yang menyimpan tanggung jawab moral yang tidak ringan. 

Kritik masyarakat terhadap DPR yang sering terdengar sejatinya bukanlah beban, melainkan pengingat agar wakil rakyat tidak melenceng dari jalur pengabdian.

Kepemimpinan yang Berakar pada Akhlak

Rasulullah SAW meninggalkan teladan kepemimpinan yang berakar pada akhlak mulia. Beliau tidak pernah menjadikan kekuasaan sebagai privilese, melainkan sebagai sarana pelayanan kepada umat. 

Keteladanan ini begitu relevan di tengah situasi lembaga negara yang kerap menghadapi ujian kepercayaan publik.

Parlemen Indonesia sejatinya hanya akan bermakna bila berangkat dari semangat pengabdian, bukan sekadar kompetisi politik atau transaksi kepentingan. 

Kepemimpinan yang lahir dari kesediaan untuk melayani, mendengar, dan berbuat nyata akan jauh lebih kuat daripada kepemimpinan yang dibangun hanya atas dasar pencitraan. 

Dalam konteks Maulid, jabatan politik perlu diletakkan sebagai jalan menghadirkan manfaat, bukan sekadar tujuan pribadi.

Komitmen Kerja Kerakyatan 

Komisi X DPR RI, yang membidangi urusan pendidikan, kebudayaan, pemuda, dan olahraga, memikul tanggung jawab besar terhadap masa depan bangsa. Pendidikan misalnya, bukan hanya soal mencetak generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi juga membangun manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia.

Begitu pula kebudayaan. Di tengah derasnya arus globalisasi, budaya Indonesia harus dijaga agar tetap menjadi identitas nasional sekaligus kekuatan diplomasi yang berharga. 

Sementara itu, pemuda sebagai generasi penerus tidak boleh dibiarkan terjebak dalam arus zaman tanpa arah. Mereka harus diberdayakan agar menjadi penggerak perubahan sosial dan politik yang sehat.

Tak kalah penting, dunia olahraga perlu ditopang dengan kebijakan yang visioner. Olahraga bukan hanya soal medali dan prestasi, melainkan juga soal sportivitas, kesehatan masyarakat, dan perekat persatuan bangsa. 

Keempat bidang ini membutuhkan keseriusan, kerja kolaboratif, serta keberanian dalam melahirkan kebijakan yang benar-benar berpihak kepada rakyat.

Mendengar Kritik, Merawat Aspirasi

Salah satu teladan agung Nabi Muhammad SAW adalah kesediaannya untuk mendengar. Beliau tidak hanya menyampaikan gagasan, tetapi juga membuka ruang bagi suara umat, bahkan yang berbeda pandangan. Dari sikap inilah lahir keputusan-keputusan yang adil dan membawa maslahat.

Dalam kehidupan politik hari ini, DPR hanya akan mendapat legitimasi sejati jika terbuka terhadap kritik. Kritik tidak sepatutnya dianggap ancaman, melainkan vitamin yang menyehatkan demokrasi. 

Aspirasi rakyat harus ditempatkan sebagai kompas moral yang menuntun arah kerja parlemen. Tanpa keterbukaan pada kritik, wakil rakyat hanya akan terjebak dalam ruang gema yang berbahaya bagi demokrasi itu sendiri.

Momentum Menata Ulang Pengabdian

Maulid Nabi SAW adalah momen spiritual yang juga menyimpan pesan politik moral. Ia mengingatkan bahwa kepemimpinan sejati bukan soal popularitas, melainkan keberanian untuk rendah hati, mendengar, dan berbuat nyata. Dalam konteks parlemen, perayaan ini mestinya menjadi titik balik untuk menata niat, langkah, dan arah pengabdian.

Indonesia hari ini tengah menghadapi tantangan besar: kesenjangan sosial, pendidikan yang belum merata, degradasi moral, serta krisis kepercayaan terhadap lembaga politik. 

Dalam situasi demikian, spirit Maulid perlu menjadi landasan moral bagi para legislator. Jalan pengabdian yang diteladankan Rasulullah adalah jalan panjang yang mengedepankan akhlak, kesabaran, dan keberanian untuk berpihak kepada kebenaran meski tidak populer.

Dengan semangat itu, parlemen diharapkan mampu memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang pendidikan, kebudayaan, pemuda, dan olahraga secara lebih konsisten. 

Lebih jauh, momentum ini hendaknya menjadi pengingat agar setiap keputusan politik berakar pada aspirasi rakyat, bukan sekadar kepentingan elite.

Maulid Nabi Muhammad SAW bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan ruang refleksi untuk menegaskan kembali nilai kepemimpinan dan pengabdian. 

Dalam konteks parlemen, peringatan ini adalah ajakan untuk meneladani Rasulullah dalam menjaga amanah, mendahulukan akhlak, mendengar suara rakyat, serta menata ulang arah pengabdian politik.

Spirit Maulid hendaknya menuntun bangsa ini menuju pembangunan yang tidak hanya mengedepankan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mengutamakan peradaban moral. Indonesia hanya akan benar-benar maju apabila diiringi dengan fondasi akhlak yang kokoh, sebagaimana diteladankan Rasulullah SAW.

***

*) Oleh : H. Lalu Hadrian Irfani, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Fraksi PKB.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.