TIMES JAKARTA, JAKARTA – v class="ds-markdown ds-markdown--block" style="--ds-md-zoom:1.143">
Mego Pinandito, pemimpin Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), menyerahkan sertifikat pengakuan arsip sebagai bagian dari memori kolektif bangsa Tahap I Tahun 2025 kepada berbagai kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.
Acara ini berlangsung dalam rangka memperingati Hari Kearsipan ke-54 di Jakarta Selatan pada Kamis (22/5/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Mego menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah untuk memperkuat sistem kearsipan nasional. Tujuannya adalah menciptakan budaya pengelolaan arsip yang rapi, akurat, dan dapat dipercaya.
"Kami akan terus berupaya untuk memperkuat berbagai program yang ada di ANRI untuk bersama-sama mendukung program-program kearsipan yang dilaksanakan oleh seluruh daerah dan instansi pusat dalam mendukung percepatan pelaksanaan program-program kearsipan secara nasional," ujarnya.
Sebanyak sebelas arsip baru ditetapkan sebagai bagian dari memori kolektif bangsa, meliputi:
-
Dokumen perjalanan karier Waldjinah, maestro keroncong Indonesia (1958-2022).
-
Catatan kegiatan Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta (1953-1977).
-
Arsip perjuangan I Gusti Ngurah Rai.
-
Dokumen Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Tengah sebagai pelopor PKK nasional.
-
Koleksi Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin sebagai pusat literatur Indonesia.
-
Catatan Konferensi Colombo Plan XI Tahun 1959 di Yogyakarta.
-
Arsip perkembangan motif songket Pekanbaru (2004–2014).
-
Dokumen sejarah pemberantasan malaria di Indonesia (1900-2023).
-
Catatan perkembangan Kawasan Kotabaru Yogyakarta (1925-2023).
-
Arsip Koperasi Batik Pekajangan (1939-2002) sebagai wujud perjuangan ekonomi pengusaha lokal.
-
Dokumen Makam Eropa Peneleh Surabaya (1848-2024).
Mego mendorong setiap daerah untuk mengidentifikasi keunikan lokal, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya, sebagai bahan untuk diarsipkan. Menurutnya, nilai-nilai budaya yang kuat dapat menjadi modal untuk memperkenalkan arsip Indonesia di tingkat global.
Mego menembahkan, setiap daerah memiliki keunggulan tersendiri. Pihaknya akan terus mendorong pemerintah daerah untuk menggali potensi ini agar dapat diakui sebagai memori kolektif dunia.
Arsip, katanya, tidak hanya berperan dalam pelestarian sejarah, tetapi juga sebagai alat diplomasi dalam hubungan internasional, baik dari aspek politik, budaya, maupun pertukaran pengetahuan.
Tema peringatan Hari Kearsipan 2025 adalah "Prakarsa Mahardika: Ekosistem Kearsipan Digital untuk Pemerintahan Efektif, Kemajuan Ilmu Pengetahuan, dan Budaya Bangsa". Konsep ini mencerminkan upaya inovatif dalam pengelolaan arsip digital untuk mendukung pemerintahan yang efisien, pengembangan ilmu pengetahuan, dan pelestarian budaya.