TIMES JAKARTA, JAKARTA – OpenAI telah menghapus beberapa akun pengguna yang terkait dengan China. Akun-akun tersebut diduga digunakan untuk membuat materi propaganda yang kemudian diterbitkan di media arus utama di Amerika Latin.

Dalam laporan terbaru yang ditemukan oleh Reuters, OpenAI mengungkap sejumlah kasus di mana ChatGPT digunakan untuk menghasilkan artikel dalam bahasa Spanyol yang mengkritik Amerika Serikat.

Artikel-artikel ini kemudian dipublikasikan di media ternama di Meksiko, Peru, dan Ekuador. Isinya berfokus pada perpecahan politik di AS serta isu-isu sosial seperti penggunaan narkoba dan tunawisma.

Menurut OpenAI, pengguna yang terlibat meminta ChatGPT untuk membuat artikel dalam bahasa Spanyol dengan perintah dalam bahasa Mandarin selama jam kerja di China. Mereka juga menggunakan ChatGPT untuk menerjemahkan bukti pembayaran dari surat kabar Amerika Latin, yang mengindikasikan bahwa artikel-artikel tersebut kemungkinan besar merupakan konten berbayar.

Selain itu, akun-akun tersebut juga menggunakan ChatGPT untuk membuat konten singkat, termasuk komentar yang mengkritik Cai Xia, seorang pembangkang politik terkenal asal China. Komentar-komentar ini kemudian diposting di platform X oleh pengguna yang mengaku berasal dari AS atau India.

"Ini adalah pertama kalinya kami melihat aktor asal China berhasil menyisipkan artikel panjang di media arus utama untuk menargetkan audiens Amerika Latin dengan narasi anti-AS, serta pertama kalinya perusahaan ini dikaitkan dengan aktivitas manipulatif di media sosial," kata OpenAI, Minggu (23/2/2025).

OpenAI juga menyebut bahwa aktivitas ini memiliki kesamaan dengan operasi pengaruh tersembunyi yang dikenal sebagai "Spamouflage". Kampanye disinformasi besar asal China ini telah ditemukan di lebih dari 50 platform media sosial, termasuk Facebook, Instagram, TikTok, Twitter, dan Reddit.

Meta sebelumnya mengidentifikasi kampanye ini pada 2023, dengan target utama pengguna di AS, Taiwan, Inggris, Australia, dan Jepang, serta menyebarkan informasi positif tentang China.

Pada Mei 2024, OpenAI juga melaporkan bahwa kelompok dari Rusia, China, Iran, dan Israel menggunakan model AI mereka untuk membuat komentar pendek di media sosial, menerjemahkan, serta mengoreksi teks dalam berbagai bahasa. Misalnya, kelompok propaganda Rusia bernama "Bad Grammar" menggunakan teknologi OpenAI untuk membuat balasan palsu tentang Ukraina di Telegram, baik dalam bahasa Inggris maupun Rusia. (*)