TIMES JAKARTA, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno, melakukan pertemuan dengan China Institute for Innovation and Strategic Development (CIIDS), sebuah lembaga think tank mitra pemerintah China yang bergerak di bidang inovasi dan strategi pembangunan. Pertemuan tersebut berlangsung dalam rangka undangan resmi CIIDS.
Kedatangan Eddy disambut langsung oleh Vice Chairman sekaligus Sekretaris Jenderal CIIDS, Wang Boyong, bersama jajaran pimpinan lembaga tersebut. CIIDS dikenal sebagai institusi riset yang berperan penting dalam perumusan kebijakan strategis China, termasuk dalam isu transisi energi dan pembangunan berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Wang Boyong menyampaikan apresiasi atas kehadiran delegasi Indonesia. Ia menilai Eddy Soeparno sebagai salah satu figur yang aktif mendorong penguatan hubungan bilateral Indonesia–China, terutama di tengah dinamika geopolitik global yang terus berkembang.
Wang juga menyinggung peran Eddy dalam sejumlah pertemuan tingkat tinggi sebelumnya, termasuk pertemuannya dengan Ketua MPR China Wang Huning di Beijing serta keterlibatannya dalam menyambut kunjungan Wang Huning ke Indonesia beberapa waktu lalu. Menurut Wang, rangkaian pertemuan tersebut mencerminkan hubungan persahabatan yang terjalin baik antara kedua negara.
Dalam dialog tersebut, Eddy Soeparno memaparkan agenda Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission pada 2060. Ia menyebut pemerintah, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, bahkan berkomitmen untuk mempercepat pencapaian target tersebut sebelum batas waktu yang telah ditetapkan.
Eddy juga menjelaskan keterlibatan Indonesia dalam penyusunan dua regulasi penting di bidang lingkungan, yakni Peraturan Presiden Nomor 109 tentang Nilai Ekonomi Karbon serta Peraturan Presiden Nomor 110 mengenai pengelolaan sampah menjadi energi atau waste to energy (WTE). Kedua kebijakan tersebut diharapkan mampu mendorong inovasi teknologi sekaligus menjawab persoalan lingkungan, terutama krisis sampah di sejumlah wilayah.
Menurut Eddy, pengalaman China dalam memanfaatkan teknologi untuk mempercepat transisi lingkungan menjadi pembelajaran penting bagi Indonesia. Ia menyatakan ketertarikan untuk memahami lebih jauh pendekatan yang digunakan China dalam mengintegrasikan inovasi teknologi dan kebijakan lingkungan secara cepat dan efektif.
Lebih lanjut, Eddy membuka peluang kerja sama yang lebih luas antara Indonesia dan China, khususnya di sektor lingkungan hidup, transisi energi, serta pengelolaan sampah. Ia menyebut pemerintah Indonesia telah menetapkan sejumlah kota prioritas untuk penanganan sampah berbasis WTE sebagai respons atas kondisi darurat sampah.
Eddy juga menyambut positif keterlibatan entitas bisnis asal China dalam program tersebut, baik melalui penyediaan teknologi maupun dukungan pembiayaan. Menurutnya, kerja sama lintas negara menjadi krusial mengingat dampak perubahan iklim yang kian nyata dan membutuhkan aksi bersama secara segera.
Ia menegaskan bahwa upaya penyelamatan lingkungan tidak dapat ditunda dan memerlukan kolaborasi global. Dalam konteks ini, Eddy menilai Indonesia dan China memiliki kepentingan serta komitmen yang sejalan untuk mendorong aksi iklim yang lebih progresif ke depan. (*)
| Pewarta | : Rochmat Shobirin |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |