https://jakarta.times.co.id/
Berita

Selain Hadapi Hamas, Israel Juga Isyaratkan Perang Besar-besaran dengan Hizbullah

Rabu, 18 September 2024 - 07:55
Selain Hadapi Hamas, Israel Juga Isyaratkan Perang Besar-besaran dengan Hizbullah Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin (kanan) menyambut Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant (kiri) dalam upacara resmi di Pentagon, Washington, Amerika Serikat. (FOTO: Anadolu Agency)

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Belum tuntas berperang dengan Hamas, Israel telah mengisyaratkan kemungkinan besar akan berperang besar-besaran dengan Hizbullah.

PM Israel, Benjamin Netanyahu juga bertekad dengan cara apapun untuk memulangkan penduduknya melarikan diri dari wilayah perbatasan Lebanon akibat konflik dengan Hizbullah.

Benjamin Netanyahu juga memastikan tujuannya perangnya di Gaza telah diperluas untuk memungkinkan warga Israel yang melarikan diri dari daerah dekat perbatasan Lebanon untuk kembali ke rumah mereka. 

Ia telah menguraikan tujuan perang barunya di hadapan parlemen Israel ditengah meningkatnya tanda-tanda bahwa konflik dapat meluas ke wilayah utara negara tersebut.

Para pejabat Israel telah juga telah mengadu ke Amerika Serikat bahwa "aksi militer" itu menjadi satu-satunya pilihan untuk menghadapi meningkatnya permusuhan dengan Hizbullah, kelompok militan yang didukung Iran.

Ketika kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas meningkat, badan keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet, mengumumkan pada hari Selasa bahwa mereka telah menggagalkan rencana Hizbullah  membunuh seorang mantan pejabat senior di lembaga keamanan Israel.

Senin malam, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa kabinet keamanan telah merevisi daftar tujuan perangnya.

Sekarang diawali pemulangan dengan selamat penduduk yang telah mengungsi dari daerah dekat perbatasan utara dengan Lebanon akibat pertempuran selama berbulan-bulan dengan Hizbullah.

"Israel akan terus mengejar tujuan ini," kantor Perdana Menteri menyatakan.

Namun di sisi lain, Senin kemarin. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant telah mengatakan kepada Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin bahwa jendela telah tertutup bagi solusi diplomatik untuk mengatasi kebuntuan dengan gerakan Hizbullah di Lebanon selatan

Dalam pertemuan pada hari yang sama dengan Amos Hochstein, penasihat senior Presiden AS Joe Biden, Yoav Gallant menegaskan bahwa tindakan militer adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan ini.

Yoav Gallant juga menekankan  bahwa peluang untuk solusi diplomatik dengan Hizbullah semakin tertutup, karena kelompok tersebut semakin memihak Hamas, menurut pernyataan dari kantornya.

"Kemungkinan tercapainya kerangka kerja yang disepakati di wilayah utara semakin menipis," kata Yoav  Gallant kepada Austin melalui panggilan telepon, menurut pernyataan dari kantornya seperti dilansir Reuters.

"Selama Hizbullah terus mengikatkan diri pada gerakan Islam Hamas di Gaza, tempat pasukan Israel telah terlibat selama hampir setahun, "lintasan menjadi jelas," katanya lagi.

Menteri Pertahanan dan pejabat senior militer Israel juga memberi penjelasan tentang operasi berkelanjutan Pasukan Pertahanan Israel melawan pasukan Hizbullah.

Pernyataan Yoav Gallant itu muncul pada saat ia berada dibawah tekanan untuk mengambil pendekatan yang lebih agresif di utara.

Sementara media Israel melaporkan bahwa Benjamin Netanyahu tengah mempertimbangkan pemecatannya ditengah kritik dari menteri sayap kanan yang merupakan kunci stabilitas koalisinya.

"Sudah saatnya bagi Netanyahu untuk segera memecat Gallant,” tulis Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir di X, menyerukan tindakan tegas di wilayah utara.

Laporan telah muncul bahwa Netanyahu sedang mempertimbangkan untuk mengganti Yoav Gallant dengan ketua New Hope, Gideon Sa'ar, seorang kritikus vokal atas penanganan pemerintah terhadap serangan Gaza.

Namun, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. membantah adanya negosiasi yang sedang berlangsung dengan Sa'ar dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.

Seorang pejabat Israel mengungkapkan bahwa salah satu hambatan bagi kesepakatan potensial yang melibatkan Sa'ar adalah penolakan dari istri Netanyahu, Sara.

Kantor Perdana Menteri menolak berkomentar lebih lanjut.

Telah terjadi konsensus yang berkembang di kalangan politik Israel bahwa perang dengan Hizbullah mungkin akan segera terjadi, meskipun belum ada operasi berskala besar yang terwujud.

Namun, mantan pejabat intelijen Israel, Avi Melamed, dalam analisis yang dibagikan kepada NBC News, mencatat bahwa 'genderang perang' untuk konflik yang lebih luas semakin keras.

Ini karena Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan dari mitra koalisinya dan pendukung sayap kanan-tengah untuk memulihkan ketenangan di wilayah utara.

Amerika Serikat sendiri telah menyatakan kekhawatirannya, bahwa perluasan operasi militer Israel bisa memicu perang regional yang lebih luas.

Menteri Pertahanan AS dalam panggilan teleponnya dengan Yoav hari Minggu memperingatkan tentang "dampak yang menghancurkan" yang bisa ditimbulkan oleh eskalasi lebih lanjut bagi Israel, Lebanon, dan kawasan secara keseluruhan, menurut pengarahan Pentagon.

Sejak dimulainya serangan Israel di Gaza, ketegangan antara Israel dan Hizbullah meningkat, dengan baku tembak yang terjadi secara berkala sehingga menyebabkan ribuan orang mengungsi di kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.