TIMES JAKARTA, JAKARTA – Psikologi kependudukan merupakan cabang ilmu yang mengkaji hubungan antara faktor psikologis manusia dengan berbagai proses demografis seperti pertumbuhan penduduk, pola migrasi, angka kelahiran, mortalitas, struktur keluarga, serta dinamika sosial dalam suatu masyarakat.
Dalam kajian ini, gender menjadi salah satu variabel penting karena peran, identitas, dan harapan sosial terhadap laki-laki dan perempuan sangat memengaruhi bagaimana individu membuat keputusan-keputusan yang berdampak pada struktur populasi.
Gender tidak sebatas dipahami sebagai perbedaan biologis, melainkan sebagai konstruksi sosial dan psikologis yang menentukan perilaku serta posisi seseorang dalam masyarakat.
Konstruksi gender membentuk cara individu menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk dalam memilih pasangan, membangun keluarga, merencanakan jumlah anak, serta menentukan peran ekonomi mereka di masyarakat.
Berdasarkan perspektif psikologi, sejumlah teori menjelaskan bagaimana gender terbentuk dan memengaruhi perilaku kependudukan. Teori Belajar Sosial dari Albert Bandura menyatakan bahwa anak-anak belajar mengenai peran gender melalui proses observasi, imitasi, dan penguatan sosial.
Mereka mencontoh perilaku orang tua, teman sebaya, tokoh publik, bahkan karakter dalam media, kemudian menginternalisasi perilaku tersebut sebagai sesuatu yang “sesuai” dengan jenis kelamin mereka. Proses inilah yang kemudian memengaruhi aspirasi pendidikan, keputusan menikah, dan pilihan karier seseorang ketika dewasa.
Misalnya, jika seorang anak perempuan tumbuh dalam lingkungan yang menganggap perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi, maka pandangan tersebut dapat membentuk perilaku demografis seperti menikah lebih cepat atau memiliki jumlah anak lebih banyak.
Selain itu, Teori Peran Gender menjelaskan bahwa masyarakat menanamkan harapan tertentu terhadap laki-laki dan perempuan. Laki-laki sering diharapkan menjadi pencari nafkah dan memiliki mobilitas tinggi, sementara perempuan diharapkan menjadi pengasuh dan berada lebih dekat dengan ranah domestik.
Harapan ini berpengaruh pada partisipasi perempuan dalam pendidikan dan pekerjaan, sehingga berdampak pada tingkat kelahiran, komposisi penduduk usia produktif, dan kemandirian ekonomi keluarga. Ketika perempuan lebih banyak terlibat dalam dunia kerja dan pendidikan, biasanya terjadi penurunan angka fertilitas karena perempuan memiliki kontrol lebih besar terhadap keputusan reproduksi.
Ekologi Bronfenbrenner menjelaskan bahwa perilaku gender terbentuk melalui interaksi antara berbagai sistem lingkungan, mulai dari keluarga, sekolah, komunitas, hingga budaya dan kebijakan nasional. Faktor-faktor ini bekerja secara simultan dan memengaruhi bagaimana identitas gender berkembang.
Misalnya, kebijakan pemerintah tentang cuti melahirkan, pendidikan inklusif, atau perlindungan perempuan pekerja dapat memperkuat kesetaraan gender dan pada akhirnya mempengaruhi pola kependudukan suatu negara.
Pengaruh gender terhadap dinamika kependudukan dapat dilihat melalui beberapa dimensi penting. Dalam aspek fertilitas, norma gender sering menentukan usia menikah perempuan, jumlah anak ideal, serta seberapa besar kontrol perempuan terhadap keputusan reproduksi.
Di banyak masyarakat patriarkal, perempuan sering memiliki peran yang lebih kecil dalam menentukan kapan ingin hamil atau berapa jumlah anak yang diinginkan, sehingga angka kelahiran cenderung lebih tinggi. Sebaliknya, masyarakat yang lebih setara gender sering menunjukkan angka kelahiran yang lebih rendah dan lebih stabil.
Dalam aspek mortalitas, perbedaan gender muncul karena faktor akses kesehatan, pola kerja, serta perlakuan sosial. Laki-laki cenderung memiliki risiko mortalitas yang lebih tinggi karena lebih banyak bekerja pada bidang berisiko tinggi atau terlibat dalam perilaku berisiko.
Di sisi lain, dalam beberapa budaya, anak perempuan mungkin memiliki akses kesehatan yang lebih rendah, sehingga meningkatkan risiko kematian pada usia dini.
Migrasi juga menunjukkan pola berbasis gender. Laki-laki sering bermigrasi untuk pekerjaan fisik atau industri, sedangkan perempuan banyak bermigrasi untuk pekerjaan domestik dan perawatan.
Perbedaan pola migrasi ini mempengaruhi struktur populasi dalam jangka panjang, terutama di daerah asal di mana laki-laki atau perempuan menjadi minoritas sementara di wilayah tujuan terjadi peningkatan jumlah pendatang yang didasarkan pada kebutuhan tenaga kerja tertentu.
Aspek lain yang sangat penting adalah keterkaitan gender dengan pendidikan dan ekonomi. Ketika perempuan memiliki akses pendidikan yang lebih baik, mereka cenderung menunda pernikahan, mengurangi jumlah anak, dan berpartisipasi lebih aktif dalam kegiatan ekonomi. Hal ini meningkatkan kualitas hidup keluarga sekaligus memperbaiki struktur penduduk karena meningkatnya proporsi penduduk yang produktif dan berpendidikan.
Dalam konteks modern, kesetaraan gender sangat terkait dengan kemampuan suatu negara memanfaatkan bonus demografi. Negara yang ingin memaksimalkan potensi penduduk usia produktif harus membuka kesempatan seluas mungkin bagi perempuan dan laki-laki untuk berkontribusi.
Jika perempuan terhambat oleh norma gender yang kaku, maka potensi produktivitas nasional menjadi tidak optimal, sehingga pertumbuhan sosial-ekonomi menjadi terhambat.
Secara keseluruhan, gender memainkan peran besar dalam membentuk dinamika kependudukan sebuah masyarakat. Pemahaman mengenai bagaimana norma, peran, dan identitas gender mempengaruhi perilaku demografis sangat penting untuk merancang kebijakan pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Melalui pendekatan psikologi kependudukan yang sensitif terhadap isu gender, masyarakat dapat membangun struktur sosial yang lebih inklusif, sejahtera, dan mampu mengembangkan potensi manusia secara maksimal tanpa memandang jenis kelamin.
***
*) Oleh : Putri Devi Santika, S.Pd., Prodact Development.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
| Pewarta | : Hainor Rahman |
| Editor | : Hainorrahman |