TIMES JAKARTA, PACITAN – Sekolah Luar Biasa (SLB) Punung turut menyemarakkan peringatan hari jadi ke-280 Kabupaten Pacitan dengan menggelar Festival Dolanan Bocah, Rabu (19/2/2025).
Acara ini berlangsung meriah di halaman sekolah, melibatkan puluhan siswa, tenaga pendidik, orang tua, mahasiswa magang dari STKIP PGRI Pacitan, serta masyarakat sekitar.
Festival ini bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga menjadi wujud komitmen SLB Punung dalam mengenalkan kembali permainan tradisional kepada generasi muda. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus untuk mengekspresikan diri dalam suasana penuh kegembiraan.
Festival dimulai pukul 08.00 WIB dengan berbagai permainan khas anak-anak tempo dulu. Antusiasme terlihat jelas dari raut wajah para siswa yang tak sabar mencoba berbagai dolanan tradisional, seperti manda (lompat tali), gobak sodor, engrang batok, dan bekelan.
"Festival ini adalah bentuk partisipasi kami dalam merayakan HUT Kabupaten Pacitan, serta memberikan ruang bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menikmati kebersamaan melalui permainan tradisional yang sudah jarang ditemui di kehidupan sehari-hari," ujar salah satu tenaga pendidik di SLB Punung, Wiwin Winarti.
Guru-guru di SLB Punung memiliki peran penting dalam festival ini, mulai dari menyiapkan alat permainan hingga mendampingi siswa dalam memahami cara bermain. "Yang pasti tidak mungkin anak berkebutuhan khusus mempersiapkan sendiri kebutuhan mereka," tambah Wiwin.
Selain itu, festival ini juga menjadi pengalaman pertama bagi sebagian besar siswa SLB Punung dalam mengenal permainan tradisional. Para guru mendampingi mereka dengan sabar, menjelaskan aturan main, serta memberi motivasi agar mereka lebih percaya diri dalam berpartisipasi.
Festival Dolanan Bocah ini tidak hanya bertujuan menghibur, tetapi juga memiliki nilai edukatif. Permainan tradisional yang dimainkan mampu mengajarkan kerjasama, disiplin, serta melatih kognitif dan kreativitas anak-anak.
"Dengan melibatkan anak-anak dalam permainan tradisional seperti ini, guru juga menanamkan nilai-nilai sosial budaya. Walaupun anak-anak SLB, mereka tetap memiliki dasar nilai-nilai sosial budaya yang harus diperkenalkan sejak dini," tutur Wiwin Winarti.
Permainan tradisional yang dulu akrab di kehidupan sehari-hari kini semakin jarang dimainkan, tergeser oleh perkembangan teknologi. Melalui festival ini, SLB Punung berharap dapat ikut melestarikan warisan budaya, sekaligus mengajak masyarakat Pacitan untuk kembali mencintai permainan tradisional.
Selain sebagai ajang hiburan, festival ini juga menjadi sarana mempererat hubungan antara siswa, guru, dan masyarakat. Kegiatan ini membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk berkarya dan berbahagia.
SLB Punung berharap festival ini dapat menjadi agenda tahunan, agar semakin banyak anak-anak yang mengenal dan mencintai permainan tradisional. Masyarakat Pacitan pun diharapkan lebih sadar akan pentingnya menjaga budaya lokal sebagai bagian dari identitas daerah.
Dengan adanya Festival Dolanan Bocah ini, SLB Punung di Pacitan telah memberikan contoh bahwa pendidikan inklusif tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang bagaimana setiap anak, tanpa terkecuali, dapat menikmati masa kecil mereka dengan penuh keceriaan. (*)
Oleh: Muhammad Nur Rochman, Mahasiswa Magang Non Kependidikan STKIP PGRI Pacitan
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Festival Dolanan Bocah SLB Punung Meriahkan Hari Jadi ke-280 Pacitan
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |