https://jakarta.times.co.id/
Berita

Misi Iran di PBB: Semangat Perlawanan Semakin Menguat Setelah Yahya Sinwar Dibunuh Israel

Jumat, 18 Oktober 2024 - 16:29
Misi Iran di PBB: Semangat Perlawanan Semakin Menguat Setelah Yahya Sinwar Dibunuh Israel Misi tetap Iran untuk PBB menyatakan, tekad yang ditunjukkan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang diklaim rezim Israel telah dibunuh di Gaza, justru semakin memperkuat semangat Perlawanan. (FOTO: Mehr News Agency)

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Misi Iran untuk PBB mengatakan pada hari Kamis bahwa semangat perlawanan akan diperkuat, setelah Israel menyatakan bahwa Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar dibunuh di Rafah, Gaza.

Pemimpin Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Yahya Sinwar dibunuh tentara Israel dalam sebuah bentrokan di Rafah, selatan Jalur Gaza

Iran menilai, kematian Yahya Sinwar di Jalur Gaza akan memperkuat semangat perlawanan untuk membebaskan wilayah Palestina dari pendudukan Israel.

Tentara Israel pada hari Kamis juga membenarkan bahwa kepala biro politik Hamas, Yahya Sinwar, telah dibunuh dalam bentrokan di Jalur Gaza selatan pada hari Rabu.

Tentara Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa tentaranya melakukan operasi selama beberapa hari terakhir di Jalur Gaza selatan  berdasarkan informasi intelijen yang menunjukkan bahwa para pemimpin gerakan Hamas hadir di wilayah tersebut.

Tentara Israel menambahkan, bahwa pasukan dari Brigade 828 yang hadir di daerah tersebut bentrok dengan tiga pejuang Hamas dan membunuh mereka, dan setelah diperiksa ternyata salah satunya adalah Yahya Sinwar.

Menurut versi militer Israel, sebelumnya mereka tidak mengetahui bahwa Yahya Sinwar berada di gedung tempat terjadinya baku tembak di Jalur Gaza selatan itu.

Radio Tentara Israel menyatakan bahwa bentrokan dengan Yahya Sinwar  terjadi di Tal Al-Sultan di Rafah, dan dia mengenakan jaket militer serta didampingi oleh komandan lapangan lainnya.

Hingga saat ini, Hamas masih belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai kematian Yahya Sinwar.

Sedangkan di media sosial, masyarakat Arab dan Islam berduka atas kepala biro politik Hamas, Yahya Sinwar itu.

Yang paling menarik perhatian para pionir dunia maya adalah foto-foto jenazah Yahya Al-Sinwar yang tersebar di platform media sosial yang mengenakan jaket militer dan dilumuri debu dan bubuk mesiu pertempuran.

Tweeters mengatakan, bahwa Yahya Sinwar syahid di tempat paling berbahaya di lingkungan Tal Al-Sultan di Rafah, sebuah wilayah dimana warganya telah diusir. Israel dievakuasi lebih dari 5 bulan yang lalu.

Yahya Sinwar juga tidak berada di terowongan atau di antara para pengungsi seperti yang selalu digembar gemborkan Israel, tetapi dalam Medan pertempuran dan di lapangan.

Mereka menambahkan bahwa Yahya Sinwar mati syahid sebagai seorang pejuang, pejuang perlawanan, dan bukan seperti yang dipromosikan oleh media Zionis dan beberapa pihak, bahwa dia berada jauh di dalam tanah yang dikelilingi oleh para sandera, dan mengenakan sabuk peledak.

Beberapa tahun lalu, dalam sebuah jumpa pers, seperti dilansir Al Jazeera, Yahya Sinwar prnah berujar, bahwa ia ingin mati syahid di tangan pendudukan (Israel), bukan karena sakit, kena corona, stroke, kecelakaan lalu lintas, atau cara lain yang menyebabkan orang mati, atau Fataysa.

Fataysa adalah ungkapan umum di Palestina dan negara-negara Arab tetangganya yang artinya seseorang meninggal dengan kematian yang tidak terhormat dan tidak ada harganya, atau paling banter kematian biasa.

"Hadiah terbesar yang bisa diberikan oleh musuh dan pendudukan kepada saya adalah membunuh saya, dan mati syahid di tangannya. Saya lebih baik menjadi syahid karena rudal daripada mati karena corona, stroke, kecelakaan lalu lintas, atau cara lain yang menyebabkan orang mati," kata Yahya Sinwar.

"Pada usia ini, saya sudah semakin dekat dengan janji yang sebenarnya, dan saya lebih baik mati sebagai syahid daripada mati sebagai fatasya," tegasnya.

Setelah setahun penuh melakukan penganiayaan terhadap warga Palestina  di Jalur Gaza, Israel mengatakan pada Kamis malam bahwa mereka berhasil membunuh kepala biro politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Yahya Sinwar itu dalam baku tembak sehari sebelumnya di Jalur Gaza bagian selatan.

Yahya Sinwar kemudian akhirnya benar-benar  meninggal sesuai keinginannya, Rabu (16/10/2024) lalu.

Dia menjadi martir saat mengenakan seragam militer dan bertempur dengan sekuat tenaga, dan tidak bersembunyi di terowongan seperti yang berulang kali digembar gemborkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Banjir Al-Aqsa bukanlah perwujudan pertama dari ambisi Yahya Sinwar dan hasratnya yang berani untuk melakukan perlawanan dan mencapai hal yang mustahil. 

Pria ini telah menjalani empat kali hukuman seumur hidup yang kalau ditotal akan berlangsung selama 426 tahun.

Ia juga sudah menjalani hukuman penjara yang totalnya lebih dari 22 tahun di penjara pendudukan, hingga kemudian muncul setelah mempelajari bahasa Ibrani dan terlibat dalam kegiatan perlawanan, menjadi anggota kantor Hamas, kemudian bertanggung jawab atas arsip tahanan gerakan tersebut.

Ia kemudian menjadi pemimpin gerakan di Jalur Gaza dan juga kepala kantor politiknya setelah peristiwa pembunuhan Ismail Haniyeh di ibu kota Iran, Teheran.

Misi diplomatik Iran di PBB mengatakan, bahwa Yahya Sinwar akan menjadi sumber inspirasi bagi pemuda dan anak-anak Palestina yang akan meneruskan jalannya menuju pembebasan tanah mereka dari pendudukan Israel.

"Ketika pasukan AS menyeret Saddam Hussein yang sudah tak bernyawa keluar dari lubang bawah tanah, ia memohon mereka untuk tidak membunuhnya meskipun bersenjata. Mereka yang menganggap Saddam sebagai model perlawanan mereka akhirnya runtuh," tulis misi diplomatik Iran untuk PBB di New York pada akun X-nya seperti dilansir media Iran, Mehr News Agency.

"Namun, ketika umat Islam menghormati Martir Yahya Sinwar yang berdiri di medan perang, dengan pakaian tempur dan di tempat terbuka, bukan di tempat persembunyian, menghadapi musuh, semangat perlawanan akan menguat," katanya lagi.

Misi tersebut selanjutnya mengatakan bahwa Yahya Sinwar akan menjadi sebuah model bagi para pemuda dan anak-anak yang akan meneruskan jalannya menuju pembebasan Palestina. Selama pendudukan dan agresi masih ada, perlawanan akan terus berlanjut, karena sang martir tetap hidup dan menjadi sumber inspirasi. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.