TIMES JAKARTA, BANYUWANGI – Dewan Pers tengah menggodok aturan baru terkait penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam karya jurnalistik. Langkah tersebut diambil seiring dengan semakin maraknya pemanfaatan AI dalam industri media, yang menghadirkan tantangan sekaligus peluang baru bagi dunia pers.

Anggota Dewan Pers sekaligus Ketua Komisi Penelitian, Pendataan dan Ratifikasi Pers Dewan Pers periode 2022-2025, Atmaji Sapto Anggoro mengatakan, bahwa kehadiran AI memang membawa angin segar dalam proses produksi berita.

Menurutnya, AI atau kecerdasan buatan ini dapat membantu jurnalis dalam mengumpulkan data, menganalisis informasi, bahkan menghasilkan konten secara kompleks. Disisi lain, penggunaan AI juga menimbulkan sejumlah persoalan, seperti potensi plagiarisme hingga hilangnya sentuhan manusiawi dalam karya jurnalistik.

"Dewan Pers menyadari pentingnya mengatur penggunaan AI dalam karya jurnalistik. Aturan ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan kredibilitas berita yang dapat dipertanggungjawabkan," kata Atmaji saat jumpa pers di kegiatan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Kokoon Hotel Banyuwangi, Jumat, (18/10/2024).

Dia menjelaskan, AI dapat menjawab segala kebutuhan yang dicari. Misalnya, seseorang meminta untuk membuatkan deskripsi tentang deskripsi Taman Nasional Baluran, maka akan muncul segala informasi terkait Baluran.

“AI memperoleh data dari set pattern. Jadi dia mengumpulkan informasi sesuai yang kita minta atau perintah,” ujarnya.

Atmaji berharap kepada wartawan untuk memparafrasa ulang, sehingga originalitas berita dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, dia meminta kepada para redaktur dan editor untuk mengecek ulang tulisan dari wartawan sebelum dipublish.

“Saat ini kami sedang mengkaji bersama tenaga ahli Dewan Pers, akademisi, hingga sejumlah organisasi jurnalis seperti PWI, AJI dan IJTI,” imbuhnya. (*)