TIMES JAKARTA, JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa potensi penerimaan dana umat dari zakat, wakaf, dan sedekah bisa mencapai Rp300 triliun per tahun untuk pengentasan kemiskinan.

"Saya kira kita berharap tahun depan potensi zakat Indonesia itu bisa mencapai Rp300 triliun kalau seandainya orang ber-KTP Islam punya harta di beberapa macam properti dan juga di bank itu potensi Rp300 triliun bisa ditembus oleh zakat saja. Belum lagi wakaf, sedekah, dan seterusnya," kata Nasaruddin Umar dalam konferensi pers rapat tingkat menteri di Jakarta, Kamis (15/2/2025).

Menurutnya, pelibatan nilai agama dalam upaya pengentasan kemiskinan akan semakin memaksimalkan hasil yang dicapai.

Ia menegaskan bahwa bahasa agama memiliki kekuatan besar dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk berkontribusi.

"Kedahsyatan bahasa agama ini luar biasa untuk menjadi faktor dalam mengentaskan kemiskinan," ujarnya.

Indonesia Negara Paling Dermawan di Dunia

Mengacu pada laporan World Giving Index (WGI) yang dirilis oleh Charities Aid Foundation (CAF), Indonesia saat ini menempati peringkat pertama sebagai negara paling dermawan di dunia. Hal ini mencerminkan tingginya kepedulian masyarakat dalam berbagi.

Dengan semangat kedermawanan ini, Nasaruddin Umar optimistis bahwa peran masyarakat melalui berbagai pundi-pundi keagamaan dapat membantu pemerintah dalam menekan angka kemiskinan ekstrem.

"Kemiskinan yang sangat ekstrem itu sesungguhnya bisa terselesaikan sendiri dalam masyarakat. Dan melalui pundi-pundi agama, terutama agama Islam, itu ada 27 pundi-pundi yang bisa diaktifkan. Namun, yang aktif baru satu, yaitu zakat," ungkapnya.

Optimalisasi Pundi-Pundi Umat

Selain zakat, Nasaruddin Umar menyebut ada berbagai sumber dana umat yang bisa dioptimalkan, seperti infak, sedekah, wakaf, hibah, wasiat, waris, dam, diyat, dan lainnya. Jika semua pundi ini diaktifkan, maka dana yang terkumpul akan jauh lebih besar.

Selain itu, kata Menag, tradisi-tradisi keagamaan masyarakat juga berperan dalam memberikan penguatan terhadap fakir miskin. Misalnya, ibadah kurban setiap tahun yang memberikan asupan protein bagi masyarakat, serta zakat fitrah saat Idul Fitri yang memastikan kebutuhan pangan masyarakat miskin terpenuhi.

"Sirkulasi kehidupan penuh dengan upacara-upacara keagamaan yang identik dengan makan dan gizi," ujarnya. (*)