TIMES JAKARTA, JAKARTA – Ketegangan antara Inggris dan Rusia telah terjadi, setelah mereka saling mengusir diplomatnya dalam beberapa hari terakhir.
Terbaru, Inggris mengatakan Rabu (12/3/2025), bahwa pihaknya telah melakukan pembalasan dengan mengusir diplomat Rusia dan istrinya.
Dilansir Euronews, Kantor Luar Negeri Persemakmuran, dan Pembangunan telah mencabut akreditasi kepada seorang diplomat Rusia dan pasangan diplomatiknya sebagai balasan atas pengusiran yang diumumkan di Moskow minggu ini.
Sebelumnya, Rusia menuduh dua diplomat Inggris melakukan mata-mata dan memberi mereka waktu dua minggu untuk meninggalkan negara itu.
Inggris telah menolak klaim tersebut, dan telah diajukan pada hari Senin, bahwa tuduhan Rusia itu "jahat" dan "tidak berdasar".
Duta Besar Rusia untuk Inggris, Andrei Kelin, dipanggil oleh FCDO dan diberi tahu tentang pengusiran terbaru tersebut.
Tidak disebutkan jangka waktu untuk keberangkatan pasangan tersebut.
"Selama 12 bulan terakhir, Rusia telah melancarkan kampanye pelecehan yang semakin agresif dan terkoordinasi terhadap diplomat Inggris," kata FCDO dalam sebuah pernyataan.
"Jelas bahwa negara Rusia secara aktif berupaya mendorong kedutaan besar Inggris di Moskow menuju penutupan dan tidak memedulikan dampak eskalasi yang berbahaya dari hal ini," tambahnya
Pengusiran diplomat, baik utusan Barat yang bekerja di Rusia maupun warga Rusia di Barat semakin umum terjadi sejak Moskow melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022.
Tahun lalu saja, Rusia telah mengusir tujuh diplomat Inggris dari negara itu atas tuduhan mata-mata, dan telah dibantah oleh Inggris.
Mei lalu, ganti Inggris mengusir atase pertahanan Rusia di London, dengan alasan bahwa ia adalah seorang perwira intelijen yang tidak terdaftar, dan menutup beberapa kantor diplomatik Rusia, dengan tuduhan bahwa kantor-kantor tersebut digunakan untuk kegiatan spionase.
Moskow segera membalas dengan mengusir atase pertahanan Inggris tersebut.
Dlbulan lalu, Inggris juga mencabut akreditasi diplomat Rusia lainnya, sebagai balasan atas tindakan serupa yang dilakukan Moskow November lalu.
Ketegangan antara Inggris dengan Rusia semakin meningkat tajam pada Maret 2018 ketika mantan perwira intelijen Rusia Sergei Skripal dan putrinya diracun di kota Salisbury, Inggris, dengan racun saraf Novichok.
MPihak berwenang Inggris mengatakan insiden itu merupakan upaya pembunuhan berencana yang dilakukan dari Moskow, klaim yang oleh Kremlin dianggap tidak masuk akal.
Baru-baru ini, Inggris telah memprovokasi kemarahan Rusia melalui dukungn militernya terhadap Kyiv dan komentar Perdana Menteri Keir Starmer tentang kemungkinan penempatan pasukan penjaga perdamaian Inggris ke Ukraina untuk menegakkan kesepakatan damai. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |