TIMES JAKARTA, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) tengah merancang pendirian Pesantren Internasional di Indonesia sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan dan daya saing global lulusan madrasah. Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo HR Muhammad Syafi’i menyampaikan bahwa banyak negara, seperti Jerman, Albania, dan Hongaria, membutuhkan tenaga terampil dari Indonesia. Hal ini membuka peluang besar bagi lulusan madrasah untuk berkompetisi di pasar global.
“Kita harus memastikan pendidikan Islam tetap relevan dan kompetitif di era global. Oleh karena itu, inovasi dalam pengelolaan madrasah menjadi kunci utama,” ujar Romo Syafi’i dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (15/2/2025).
Wamenag juga menekankan pentingnya regulasi dalam pengelolaan madrasah swasta yang ingin bergabung dengan sistem pendidikan nasional. Beberapa madrasah di Medan dan Sumatera Utara telah diserahkan kepada pemerintah, namun masih membutuhkan langkah tindak lanjut agar selaras dengan standar nasional.
Sejalan dengan kebijakan internasionalisasi madrasah, skema pesantren internasional yang dirancang Kemenag diharapkan dapat mengadopsi standar global tanpa menghilangkan nilai-nilai keislaman khas Indonesia. Kurikulum pesantren dan madrasah juga perlu disusun agar membekali siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.
“Jika kebijakan ini dapat menjamin masa depan anak-anak kita serta kesejahteraan guru, maka kita dapat melangkah dengan yakin,” tambahnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Suyitno, menyebut bahwa konsep pesantren internasional dapat merujuk pada model Madrasah Internasional Insan Cendekia yang telah memiliki sistem kelembagaan dan tenaga pengajar yang siap. Menurutnya, jika membangun pesantren internasional dari nol, tantangan utama yang dihadapi adalah standarisasi yang lebih matang.
“Negara memang tidak dapat mendirikan lembaga swasta seperti pondok pesantren, tetapi dapat memfasilitasi dan mendampingi lembaga yang berbadan hukum,” kata Suyitno.
Pesantren internasional yang tengah dirancang ini diharapkan memiliki beberapa keunggulan utama. Salah satunya adalah prinsip Tafaqquh Fiddin atau pemahaman agama secara mendalam sebagai dasar pendidikan keagamaan. Selain itu, pesantren ini akan menerapkan sistem multilingual untuk meningkatkan daya saing global serta menanamkan nilai-nilai enterpreneurship dalam kurikulumnya.
Sebagai opsi pengembangan, pemerintah tengah mempertimbangkan beberapa skema, antara lain mendirikan Madrasah Internasional baru dari nol, mengembangkan Madrasah Aliyah Istiqlal yang saat ini berstatus swasta agar dinegerikan, serta mendirikan pondok pesantren baru dengan skema kerja sama pemerintah dan swasta.(*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |