TIMES JAKARTA, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengumumkan langkah efisiensi besar-besaran, salah satunya pemotongan gaji direksi sebesar 10%. Langkah ini diambil sebagai bagian dari transformasi internal untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan yang masih menghadapi tekanan berat.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Glenny H. Kairupan, mengatakan bahwa pemotongan gaji tersebut telah disampaikan dalam rapat internal terbaru dan langsung mendapatkan persetujuan seluruh jajaran direksi.
“Sebagai pemimpin, kita harus siap berkorban. Gaji kami dipotong 10%, dan semuanya setuju. Ini menunjukkan komitmen manajemen dalam membenahi organisasi, dimulai dari diri sendiri,” ujar Glenny dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, dilansir bloombergtechnoz, Senin (1/12/2025).
Selain pemangkasan gaji, Garuda juga melakukan efisiensi struktur di kantor perwakilan Jepang. Jumlah pegawai yang sebelumnya 2–3 orang kini dipangkas menjadi satu staf saja. Langkah ini diambil setelah muncul laporan mengenai keluhan perubahan tiket secara mendadak. Glenny mengatakan dirinya langsung meminta divisi human capital melakukan pergantian staf dan mengoptimalkan tenaga lokal demi mengurangi biaya tunjangan hingga biaya tempat tinggal.
Di sisi lain, Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Sugiarto Oentoro, membenarkan adanya pengurangan gaji direksi tersebut. Ia menyatakan bahwa kajian atas langkah efisiensi itu akan menjadi pedoman kebijakan perusahaan ke depan.
Efisiensi Avtur Capai 21 Juta Liter
Thomas juga memaparkan upaya efisiensi lain yang diterapkan Garuda, salah satunya penghematan avtur. Dengan menerapkan praktik taxi menggunakan satu mesin, perusahaan berhasil menghemat hingga 21 juta liter bahan bakar.
“Pengelolaan cashflow menjadi sangat krusial, terutama karena operasional kami masih tertekan akibat armada yang belum sepenuhnya serviceable, sehingga berdampak pada pendapatan,” jelas Thomas.
Kerugian Membengkak, Ekuitas Masih Negatif
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2025, Garuda Indonesia mencatat rugi bersih sebesar USD182,53 juta atau sekitar Rp3,03 triliun (kurs Rp16.631 per dolar AS). Kerugian ini melebar 39,10% secara tahunan dibanding periode sama 2024.
Pendapatan usaha juga turun 6,7% YoY dari USD2,56 miliar menjadi US$2,39 miliar pada kuartal III-2025.
Dari sisi neraca, GIAA masih bergelut dengan ekuitas negatif. Per 30 September 2025, total aset tercatat US$6,75 miliar, sementara liabilitas mencapai US$8,28 miliar, meninggalkan defisit ekuitas sebesar USD1,53 miliar. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Garuda Pangkas Gaji Direksi 10%, Manajemen Siap Berkorban di Tengah Rugi Menggunung
| Pewarta | : Hendarmono Al Sidarto |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |