https://jakarta.times.co.id/
Opini

Digitalisasi Pemuliaan Profesi Guru

Senin, 24 November 2025 - 17:21
Digitalisasi Pemuliaan Profesi Guru Astatik Bestari, Ketua 2 Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional.

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Setiap kali Hari Guru Nasional tiba, ingatan kita seakan diajak kembali pada perjalanan panjang profesi guru yang selalu ditopang oleh dedikasi, ketulusan, dan kecintaan pada murid. Tahun 2025 memberikan ruang refleksi yang berbeda, sebab dunia pendidikan sedang mengalami perubahan besar yang tak lagi dapat dihindari. 

Digitalisasi kini bukan sekadar fasilitas tambahan, melainkan bagian dari denyut utama ekosistem pembelajaran. Dalam suasana perubahan inilah kita melihat sebuah momentum penting untuk memuliakan kembali profesi guru, bukan hanya dengan penghargaan seremonial, tetapi melalui kemampuan baru yang memungkinkan guru menjalankan tugasnya dengan lebih bermakna.

Selama ini guru seringkali menghadapi dinamika kelas yang berubah begitu cepat. Murid hidup dalam lingkungan digital yang penuh dengan informasi, gambar, suara, dan interaksi instan. 

Untuk membimbing mereka, guru tidak lagi cukup hanya memiliki kompetensi pedagogi konvensional. Guru perlu memahami perangkat digital yang mampu membuka ruang baru bagi proses belajar. 

Ketika seorang guru mampu memanfaatkan teknologi dengan tepat, ia bukan hanya mengoperasikan alat, tetapi sedang menghadirkan cara belajar yang lebih dekat dengan kehidupan murid. Ruang kelas pun menjadi lebih menarik bagi murid yang tumbuh dalam dunia digital.

Digitalisasi pendidikan juga memberi kesempatan bagi guru untuk memperluas kemampuannya secara mandiri. Berbagai perangkat kini hadir bukan sebagai benda yang mengintimidasi, melainkan sebagai sarana yang mendorong kreativitas. 

Perangkat berlayar sentuh yang dibagikan kepada satuan pendidikan, aplikasi pembelajaran yang memudahkan pemantauan proses belajar, serta berbagai platform sinkron dan asinkron memberikan peluang bagi guru untuk menciptakan pembelajaran yang menantang sekaligus relevan. 

Guru dapat menjelaskan konsep IPA dengan simulasi interaktif, mengajak murid menganalisis fenomena sosial melalui visualisasi data, atau bahkan membuat murid berlatih membaca dan berhitung dengan pendekatan yang jauh lebih ramah bagi gaya belajar mereka. Teknologi membantu guru melihat kemungkinan baru yang sebelumnya sulit diwujudkan.

Transformasi ini tentu tidak hadir tanpa tantangan. Ada guru yang merasa gagap menghadapi perangkat berteknologi tinggi. Ada pula yang khawatir bahwa kemampuan mereka tidak sejalan dengan tuntutan baru. Namun justru di sinilah letak momentum pemuliaan profesi guru. Pemuliaan bukan berarti menempatkan guru pada posisi yang tidak tersentuh kritik. 

Pemuliaan berarti menempatkan mereka dalam posisi terhormat, yaitu posisi yang didukung dengan pelatihan, pendampingan, dan kesempatan belajar yang setara. Ketika guru diberi ruang untuk mencoba, keliru, belajar kembali, dan menemukan cara yang paling cocok, maka penghormatan terhadap profesinya sedang berlangsung.

Program digitalisasi yang kini berjalan memberi sinyal kuat bahwa negara menempatkan guru sebagai pusat ekosistem pembelajaran digital. Berbagai pelatihan dilakukan untuk memastikan bahwa guru tidak sekadar mengenal perangkat, tetapi mampu menggunakannya untuk menghidupkan suasana belajar. 

Narasumber dan fasilitator tidak hanya membimbing tentang teknis penggunaan perangkat, tetapi juga mendorong guru untuk menata ulang proses belajar mengajar sehingga murid dapat mengalami pembelajaran yang lebih menyentuh nalar dan rasa ingin tahu mereka. 

Pendampingan dilakukan supaya guru tidak merasa sendirian saat mengadopsi teknologi. Upaya ini memperlihatkan bahwa digitalisasi bukan tentang mendatangkan alat, tetapi tentang membangun kapasitas manusia yang akan menggunakannya.

Di berbagai pelatihan yang berlangsung, guru mulai merasakan bahwa teknologi dapat menjadi sahabat dalam menyampaikan materi yang kompleks. Ketika konsep abstrak divisualisasikan dengan baik, murid lebih mudah memahami. 

Ketika penjelasan yang sulit dapat diperkaya dengan gambar, suara, atau simulasi bergerak, proses belajar menjadi lebih cair. Teknologi benar-benar menjadi medium yang memudahkan penyampaian ilmu. 

Guru tidak kehilangan peran, bahkan justru menemukan ruang baru untuk menjadi lebih kreatif. Murid pun merasakan bahwa apa yang mereka pelajari tidak lagi terasa jauh dari keseharian mereka. Hal ini membuat mereka lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan guru.

Di sisi lain, digitalisasi juga meningkatkan akuntabilitas yang selama ini sering dianggap sebagai beban administratif. Dengan adanya sistem pelaporan dan dokumentasi digital, satuan pendidikan dapat memastikan bahwa perangkat pembelajaran benar-benar dimanfaatkan dan terus berdampak bagi murid. 

Akuntabilitas ini bukan dimaksudkan untuk menambah beban guru, tetapi untuk memastikan bahwa proses belajar berjalan sebagaimana tujuan pendidikan itu sendiri. Melalui dokumentasi yang transparan dan rapi, guru dapat melihat perkembangan yang telah dicapai dan merencanakan langkah berikutnya. Hal ini menjadikan proses kerja guru lebih terukur sekaligus lebih bermakna.

Digitalisasi pendidikan bukan semata tentang teknologi. Ia adalah tentang masa depan profesi guru. Melalui digitalisasi, guru diberi kesempatan untuk memperbarui kemampuannya, memperkaya cara mengajarnya, dan memperkuat relasi dengan murid. 

Digitalisasi memberi ruang bagi guru untuk bertumbuh, dan dari pertumbuhan itu muncul kembali martabat profesi yang semakin dihargai. Guru tidak dipaksa menjadi ahli teknologi, tetapi didorong untuk memanfaatkan teknologi sebagai jembatan bagi tujuan yang lebih besar, yaitu membantu murid memahami dunia dan dirinya sendiri.

Peringatan Hari Guru Nasional 2025 menjadi momen penting bagi kita untuk menegaskan kembali bahwa guru adalah fondasi utama pendidikan. Mereka tidak hanya mengajar, tetapi membentuk cara pandang, membangun karakter, dan mengarahkan masa depan murid. 

Dalam era digital ini, pemuliaan profesi guru terwujud ketika kita menyediakan ekosistem yang memungkinkan guru tumbuh bersamaan dengan perkembangan zaman. Digitalisasi bukan menggantikan peran guru, melainkan memperkuatnya agar tetap relevan dan dihormati dalam dunia yang terus berubah.

Melalui digitalisasi pendidikan, kita sedang menyampaikan pesan bahwa masa depan pendidikan Indonesia ditopang oleh guru yang terus belajar dan berani menghadapi perubahan. 

Guru yang siap memanfaatkan teknologi untuk membawa murid menuju pengalaman belajar yang lebih kaya. Guru yang memahami bahwa setiap perangkat digital bukanlah ancaman, tetapi peluang untuk menjadikan pembelajaran lebih manusiawi. 

Dengan cara inilah profesi guru dimuliakan, dengan menempatkannya sebagai sosok yang selalu diberi ruang untuk berkembang demi masa depan murid yang dipercayakan kepadanya.

***

*) Oleh : Astatik Bestari, Ketua 2 Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia  untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.