TIMES JAKARTA, JAKARTA – Mercer Marsh Benefits (MMB) mengeluarkan Indonesia Health and Benefits Study 2024 yang merupakan laporan pamungkas membahas tentang manfaat kesehatan untuk karyawan.

Dalam konferensi pers laporannya Indonesia Health and Benefits Study 2024, merupakan hasil kumpulan dan rangkuman program employee health benefits dari lebih dari 470 perusahaan di Indonesia yang mencakup 24 industri berbeda.

Head of Consulting and Analytics, Mercer Marsh Benefits Indonesia Ria Ardiningtyas. (FOTO: Fahmi/TIMES Indonesia) 

Presiden Direktur Marsh Indonesia dan CEO Marsh McLennan Indonesia, Douglas Ure mengatakan, laporan Indonesia Health and Benefits Study 2024 ini mencakup tunjangan kesehatan karyawan yang diberikan oleh perusahaan.

“Seperti rawat inap, rawat jalan, melahirkan, rawat gigi, kacamata, serta asuransi jiwa dan kecelakaan dan juga memberikan informasi terkait tren biaya kesehatan di Indonesia,” kata Douglas di Jakarta, Kamis (3/10/2024).

Hal senada juga diutarakan Head of Consulting and Analytics, Mercer Marsh Benefits Indonesia Ria Ardiningtyas yang menerangkan bahwa laporan ini juga mengidentifikasi tunjangan kesehatan karyawan yang memiliki tingkat prevalensi tertinggi di Indonesia, dan empat tren utama dalam program employee health benefits di Indonesia.

Ria mengungkapkan, laporan Indonesia Health and Benefits Study 2024 mengidentifikasi empat tren utama terkait program employee health benefits di Indonesia. Menurutnya hal ini membantu perusahaan dalam merancang dan menentukan benefit kesehatan karyawan yang lebih kompetitif dan sesuai dengan kebutuhan.

Tren pertama, lanjut Ria, adalah akses telemedicine yang meningkat ditahun 2023 yang jumlah kasusnya meningkat hampir mencapai 10 kali lipat dibandingkan tahun 2022. “Telemedicine menawarkan akses yang mudah dan biaya yang lebih rendah dibandingkan ke fasilitas kesehatan konvensional,” ujarnya.

Lebih jauh Ria menjelaskan untuk tren kedua yaitu medical check-up tahunan yang sudah menjadi rutinitas perusahaan-perusahaan di Indonesia. Menurutnya, program ini masih dapat ditingkatkan agar lebih efektif dan sesuai dengan risiko yang dihadapi oleh karyawan.

“Selain mengukur kebugaran karyawan dalam menjalankan tugas, program medical check-up yang tepat dapat menjadi deteksi dini bagi penyakit kronis yang mungkin muncul di masa depan, serta deteksi dini bagi perusahaan dalam merancang program wellness yang efektif dan efisien,” jelasnya.

Tren ketiga, ungkap Ria adalan tren yang biasa ia sarankan kepada perusahaan yaitu Flexible Benefits yang bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan benefit karyawan. Ia menerangkan flexible benefits memberikan pilihan kepada karyawan untuk memilih benefit yang mereka butuhkan.

“Perbedaan tahap hidup menentukan benefit yang diinginkan dan dihargai oleh karyawan sehingga desain program flexible benefits yang efektif dan efisien akan meningkatkan partisipasi karyawan dengan tetap memperhatikan keamanan kesehatan dari kejadian tak terduga,” ungkapnya.

Tren terakhir yang tidak hanya membahas mengenai benefit saja tetapi juga tren biaya kesehatan yang meningkat. Dalam hal biaya kesehatan yang meningkat, Ria menuturkan bahwa  penyakit-penyakit pada sistem pernafasan atau diseases of the respiratory system merupakan kelompok penyakit yang paling umum terjadi di Indonesia.

“Biaya perawatan medis untuk penyakit ini mengalami peningkatan yang signifikan, terutama di kota-kota besar di wilayah Jabodetabek,” tandasnya. (*)