TIMES JAKARTA, JAKARTA – Malam Nisfu Sya’ban selalu menjadi perbincangan di kalangan umat Islam.
Malam yang jatuh pada tanggal 15 Sya’ban (malam Nisfu Sya'ban dimulai pada Kamis, 13 Februari 2025, setelah Maghrib. Sedangkan puasa Nisfu Sya'ban dilaksanakan pada Jumat, 14 Februari 2025) ini diyakini memiliki keistimewaan, di mana umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, berdoa, dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Keutamaan malam ini telah menjadi tradisi yang mengakar kuat di berbagai belahan dunia Islam, meski terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai tata cara perayaannya.
Dalam kitab Husnul Bayan fi Lailatin Nishfi min Sya’ban, Syekh Abdullah Muhammad al-Ghimari menjelaskan bahwa keutamaan malam Nisfu Sya’ban sudah dikenal sejak lama.
Sejumlah ulama dari kalangan Tabi’in di negeri Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Makhul, dan Luqman bin Amir, disebut-sebut sebagai kelompok pertama yang menghidupkan malam ini dengan berbagai bentuk ibadah.
Namun, praktik ini tidak diterima secara seragam. Para ulama Hijaz, termasuk Imam ‘Atha dan para fuqaha dari Madinah, menganggap perayaan Nisfu Sya’ban sebagai sesuatu yang tidak memiliki dasar yang kuat dan masuk dalam kategori bid’ah.
Sementara itu, ulama Bashrah dan sekitarnya mengikuti jejak para Tabi’in dari Syam dalam menghidupkan malam tersebut.
Dalil Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban
Meski terdapat perbedaan pendapat, banyak dalil yang dijadikan dasar tentang keistimewaan malam Nisfu Sya’ban.
Salah satu hadis yang dikutip oleh Syekh Abdullah berasal dari Jabir bin Abdullah RA, di mana Rasulullah SAW bersabda:
وعن جابر - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إنَّ في اللَّيْلِ لَسَاعَةً، لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْألُ الله تَعَالَى خَيْرًا مِنْ أمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، إِلاَّ أعْطَاهُ إيَّاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ». رواه مسلم.
Artinya: "Sesungguhnya pada malam hari itu ada satu waktu yang tidaklah seorang Muslim tepat pada waktu itu meminta kepada Allah kebaikan perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah pasti memberikannya kepadanya. Dan waktu itu ada pada setiap malam." (HR Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa malam Nisfu Sya’ban termasuk dalam malam-malam istimewa di mana doa-doa dikabulkan.
Selain itu, terdapat hadis lain yang sering dijadikan rujukan:
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا يَوْمَهَا، فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى السَّمَاء الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ، أَلَا مِنْ مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقَهُ، أَلَا مِنْ مُبْتَلَى فَأُعَافِيَهُ، أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطَّلِعَ الْفَجْرَ.
Artinya: “Ketika malam Nisfu Sya’ban tiba, maka beribadahlah di malam harinya dan puasalah di siang harinya. Sebab, sungguh (rahmat) Allah turun ke langit dunia saat tenggelamnya matahari. Kemudian Ia berfirman: ‘Ingatlah orang yang memohon ampunan kepada-Ku maka Aku ampuni, ingatlah orang yang meminta rezeki kepada-Ku maka Aku beri rezeki, ingatlah orang yang meminta kesehatan kepada-Ku maka Aku beri kesehatan, ingatlah begini, ingatlah begini, sehingga fajar tiba."
Doa Mustajab di Malam Nisfu Sya’ban
Selain beribadah dan memohon ampunan, umat Islam juga dianjurkan untuk membaca doa-doa tertentu. Syekh Abdullah menegaskan bahwa membaca surat Yasin tiga kali dengan niat khusus pada malam ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam hadis. Namun, ia merekomendasikan doa yang memiliki landasan dalam Al-Qur’an:
يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، يَا ذَا الطُّولِ وَالْإِنْعَامِ، لَا إله إِلَّا أَنْتَ ظَهْرُ اللَّاجِئِينَ، وَجَارُ الْمُسْتَجِيرِينَ، وَمَأْمَنُ الْخَائِفِينَ.
اَللهم إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي عِنْدَكَ (فِي أُمِّ الْكِتَابِ) شَـقِـيًا أَوْ مَحْـرُومًـا أَوْ مَطْرُودًا أَوْ مُقْتَرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ، فَامْحُ اللهم بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَطَرْدِي وَإِقْتَارَ رِزْقِي، وَأَثْبِتْنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيدًا مَرْزُوقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرِ فَإِنَّكَ تَقُولُ فِي كِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ (يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ).
Doa ini menjadi pengharapan agar seseorang dihapuskan dari takdir yang buruk dan digantikan dengan keberkahan, rezeki, serta kebahagiaan.
Malam Nisfu Sya’ban memang memiliki keutamaan tersendiri, baik berdasarkan dalil hadis maupun praktik ulama terdahulu. Meski terdapat perbedaan pandangan dalam tata cara perayaannya, esensinya tetap sama, yaitu memperbanyak ibadah, doa, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Setelah memahami latar belakang sejarah, dalil-dalil yang menguatkan serta doa yang dianjurkan, umat Islam dapat mengisi malam Nisfu Sya’ban dengan amalan-amalan yang membawa berkah.
Yang terpenting, semua dilakukan dengan niat ikhlas dan penuh keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan setiap doa hamba-Nya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengungkap Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban: Tradisi, Dalil, dan Doa Mustajab
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |